Kala hati mulai merindu terkadang menyisakan duka dikalbu. Kala kepesimisan orang mulai mencoba menggoyahkan totalitas usaha dan keyakinan sering kali menorehkan kepedihan.
Sedih terkadang menjadi santapan yang tak terelakkan walau keyakinan sekuat batu karang. Namun kepesimisan mereka menghujam deras tak berkesudahan, Tak kenal batas dan tak kenal waktu.
Tidak ada alasan merubah haluan, biarlah mereka mengatakan apa yang terpenting tetap mencoba untuk selalu berdamai dengan hati atas apa apa yang Allah tetapkan untuk kita dan selalu meyakinkan diri kalaulah semua yang hadir atau pergi memiliki masa dan waktunya masing-masing.
Tak perlu risau atas apa yang diragukan oleh orang dan tak perlu terlalu berduka atas apa yang dicibirkan oleh orang. Teruslah melangkah karena susah sedih, senang bahagia hadir dan dihadirkan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan. Pahamilah yang terpenting bukan cepat atau lambatnya tapi tetap pada waktu yang Allah telah tuliskan.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik untuk mu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui” (Q.s. Al Baqoroh [2]: 216). Tidak ada yang sia sia, karena stiap usaha pasti ada hasil, setiap kejadian pasti ada hikmahnya, dan setiap kesedihan dihadirkan pasti ada tujuannya. kesedihan dan kebahagiaan ibarat siang dan malam yang tak mungkin bisa dipisahkan taupun digantikan. Keduanya memiliki masa dan waktu yang tak mungkin bias diminta untuk diperlambat ataupun dipercepat.
Janganlah bersedih bisa jadi Allah menginginkan agar dirimu dewasa secara lahir dan batin terlebih dahulu, sehingga kelak engkau layak melahirkan orang-orang yang berkualitas. Bukankah Fatimah r.a sebagai wanita penghulu surga dilahirkan dari Rahim seorang ibu yang menikah diusianya yang ke 40 tahun, begitu pula usamah bin zaid r.a panglima perang yang masih muda belia yang dipercaya oleh Rasulallah untuk menjadi pemimpin para sahabat senior dilahirkan oleh seorang ibu yang menikahnya diusia yang ke 50 tahun?
Janganlah bersedih hati karena terlambat datangnya, gembirakanlah hatimu karena boleh jadi memang engkau sedang dipersiapkan oleh Allah menjadi orang orang seperti Khotijah ataupun ummu aiman ibunda usamah bin Zaid yang melahirkan orang-orang pilihan.
Sedih terkadang menjadi santapan yang tak terelakkan walau keyakinan sekuat batu karang. Namun kepesimisan mereka menghujam deras tak berkesudahan, Tak kenal batas dan tak kenal waktu.
Tidak ada alasan merubah haluan, biarlah mereka mengatakan apa yang terpenting tetap mencoba untuk selalu berdamai dengan hati atas apa apa yang Allah tetapkan untuk kita dan selalu meyakinkan diri kalaulah semua yang hadir atau pergi memiliki masa dan waktunya masing-masing.
Tak perlu risau atas apa yang diragukan oleh orang dan tak perlu terlalu berduka atas apa yang dicibirkan oleh orang. Teruslah melangkah karena susah sedih, senang bahagia hadir dan dihadirkan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan. Pahamilah yang terpenting bukan cepat atau lambatnya tapi tetap pada waktu yang Allah telah tuliskan.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik untuk mu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui” (Q.s. Al Baqoroh [2]: 216). Tidak ada yang sia sia, karena stiap usaha pasti ada hasil, setiap kejadian pasti ada hikmahnya, dan setiap kesedihan dihadirkan pasti ada tujuannya. kesedihan dan kebahagiaan ibarat siang dan malam yang tak mungkin bisa dipisahkan taupun digantikan. Keduanya memiliki masa dan waktu yang tak mungkin bias diminta untuk diperlambat ataupun dipercepat.
Janganlah bersedih bisa jadi Allah menginginkan agar dirimu dewasa secara lahir dan batin terlebih dahulu, sehingga kelak engkau layak melahirkan orang-orang yang berkualitas. Bukankah Fatimah r.a sebagai wanita penghulu surga dilahirkan dari Rahim seorang ibu yang menikah diusianya yang ke 40 tahun, begitu pula usamah bin zaid r.a panglima perang yang masih muda belia yang dipercaya oleh Rasulallah untuk menjadi pemimpin para sahabat senior dilahirkan oleh seorang ibu yang menikahnya diusia yang ke 50 tahun?
Janganlah bersedih hati karena terlambat datangnya, gembirakanlah hatimu karena boleh jadi memang engkau sedang dipersiapkan oleh Allah menjadi orang orang seperti Khotijah ataupun ummu aiman ibunda usamah bin Zaid yang melahirkan orang-orang pilihan.