Begitu banyak nikmat telah kita terima dari
Allah SWT. Baik nikmat sehat, nikmat islam, nikmat kesempatan dan banyak lagi
nikmat nikmat allah yang luput dari pengetauhan kita. “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak
dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Qs. An Nahl: 18). Begitu banyaknya nikmat Allah, sehingga
Kalau dunia ini kita jadikan sebagai kertas, dan lautan sebagai tinta, maka
lautan akan mongering dan bumipun tidak akan mampu menampungnya.
Hari ini kita masih bisa tersenyum bahagia dan masih
bisa hidup dalam kecukupan. Hari ini kita juga masih bisa bernafas, disaat
banyak orang untuk bernafas saja tidak bisa. Hari ini kita masih bersendagurau,
disaat banyak orang bersedih dan terbaring sakit di rumah sakit. Kita memiliki
tempat tinggal yang layak, sementara banyak orang harus hidup di jalanan dalam
kecemasan. kita masih pernah mendap cinta dari rang orang tercinta, sementara
banyak orang yang sama sekali tidak kenal apa itu dicintai. kita saat ini dalam
keadaan kenyang, semantara jutaan orang disana di waktu yang sama merasakan
kepedihan akibat kelaparan.
Bukankah Kita jauh lebih beruntung, dibandingkan
banyak orang di luar sana. Kalaulah lebih beruntung, mari kita Tanya pada diri
kita sendiri, kapan terakir kita bersyukur? Apakah hari ini sudah bersyukur? Kalaulah belum.
Mari kita tadaburi Qur’an surat Arrahman ( Maha Pemurah). bukankah di dalam Qur’an
surat Arrahman ada 31 ayat yang diulang-ulang, ayat yang menanyakan nikmat
tuhan manakah yang kamu dustakan? "Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman [55]).
Sehat itu nikmat, islam itu nikmat, kecukupan
itu nikmat. Alasan apa lagi yang kita punya, sehingga enggan meluangkan waktu
untuk beribadah dan berdialog dengan-Nya melalui Al Quran? apa yang ditunggu, ataukah
menunggu nikmat itu dicabut dan baru sadar sehat, iman dan islam itu berharga?. “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam memegang pundakku, lalu bersabda : Jadilah engkau di dunia ini
seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar radhiyallahu
anhuma berkata : “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu
pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan
pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu
mati”. [HR. Bukhari]
Taukah, Rasulullah adalah makluk pilihan yang
kesalahannya telah dijamin diampuni Allah, saja untuk bersyukur beliau selalu
qiamulail hingga kakinya bengkak. Diriwayatkan
dari AlMughirah bin Syu'bah ra, dia berkata: Nabi Saw berdiri (sangat lama)
dalam solat sunat di malam hari sehingga kedua telapak kakinya atau kedua
betisnya bengkak, kemudian Rasulullah Saw ditanya mengenai hal itu,[footnote 1]
maka beliau menjawab, "Apakah aku tidak boleh menjadi hamba Allah yang
bersyukur?" [HR Bukhari 1130]. Bagaimna dengan kita yang bukan orang
istimewa, sudahkah mengunakan waktu kita untuk bersyukur? Kalaulah belum apa
yang kita sombongkan? Bukankah hanya kepada allah kita bergantung Kalaulah tidak
mau bergantung pada siapa lagi kawan? Mau meminta kepada siapa lagi? Kalau
bukan pada allah.
Dari Allah kita berasal
dan kepada-Nya kita kembali. Maka selayaknya kita gunakan waktu kita untuk
selalu bersyukur, dengan beribadah dan tilawah. “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim
[14]: 7). Dengan
selalu bersyukur maka, Allah akan menambah nikmat kita. Kalau dengan bersyukur
nikmat akan ditambah, maka tidak ada alasan rasanya untuk tidak bersyukur.
Kalaulah kita pinter
pasti kita akan bersyukur, karena orang pintar pasti tidak akan menyia-nyiakan keuntungan
yang Allah beri, kecuali memang kita tidak pintar (Bodoh).
0 komentar:
Posting Komentar