Rabu, 01 Juli 2015

Untuk Apa Bersyukur?

Begitu banyak nikmat telah kita terima dari Allah SWT. Baik nikmat sehat, nikmat islam, nikmat kesempatan dan banyak lagi nikmat nikmat allah yang luput dari pengetauhan kita. “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nahl: 18). Begitu banyaknya nikmat Allah, sehingga Kalau dunia ini kita jadikan sebagai kertas, dan lautan sebagai tinta, maka lautan akan mongering dan bumipun tidak akan mampu menampungnya.

Hari ini kita masih bisa tersenyum bahagia dan masih bisa hidup dalam kecukupan. Hari ini kita juga masih bisa bernafas, disaat banyak orang untuk bernafas saja tidak bisa. Hari ini kita masih bersendagurau, disaat banyak orang bersedih dan terbaring sakit di rumah sakit. Kita memiliki tempat tinggal yang layak, sementara banyak orang harus hidup di jalanan dalam kecemasan. kita masih pernah mendap cinta dari rang orang tercinta, sementara banyak orang yang sama sekali tidak kenal apa itu dicintai. kita saat ini dalam keadaan kenyang, semantara jutaan orang disana di waktu yang sama merasakan kepedihan akibat kelaparan.

Bukankah Kita jauh lebih beruntung, dibandingkan banyak orang di luar sana. Kalaulah lebih beruntung, mari kita Tanya pada diri kita sendiri, kapan terakir kita bersyukur? Apakah hari ini sudah bersyukur? Kalaulah belum. Mari kita tadaburi Qur’an surat Arrahman ( Maha Pemurah). bukankah di dalam Qur’an surat Arrahman ada 31 ayat yang diulang-ulang, ayat yang menanyakan nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan? "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman [55]).

Sehat itu nikmat, islam itu nikmat, kecukupan itu nikmat. Alasan apa lagi yang kita punya, sehingga enggan meluangkan waktu untuk beribadah dan berdialog dengan-Nya melalui Al Quran? apa yang ditunggu, ataukah menunggu nikmat itu dicabut dan baru sadar sehat, iman dan islam itu berharga?. “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam memegang pundakku, lalu bersabda : Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata : “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati”. [HR. Bukhari]

Taukah, Rasulullah adalah makluk pilihan yang kesalahannya telah dijamin diampuni Allah, saja untuk bersyukur beliau selalu qiamulail hingga kakinya bengkak. Diriwayatkan dari AlMughirah bin Syu'bah ra, dia berkata: Nabi Saw berdiri (sangat lama) dalam solat sunat di malam hari sehingga kedua telapak kakinya atau kedua betisnya bengkak, kemudian Rasulullah Saw ditanya mengenai hal itu,[footnote 1] maka beliau menjawab, "Apakah aku tidak boleh menjadi hamba Allah yang bersyukur?" [HR Bukhari 1130]. Bagaimna dengan kita yang bukan orang istimewa, sudahkah mengunakan waktu kita untuk bersyukur? Kalaulah belum apa yang kita sombongkan? Bukankah hanya kepada allah kita bergantung Kalaulah tidak mau bergantung pada siapa lagi kawan? Mau meminta kepada siapa lagi? Kalau bukan pada allah. 

Dari Allah kita berasal dan kepada-Nya kita kembali. Maka selayaknya kita gunakan waktu kita untuk selalu bersyukur, dengan beribadah dan tilawah. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7). Dengan selalu bersyukur maka, Allah akan menambah nikmat kita. Kalau dengan bersyukur nikmat akan ditambah, maka tidak ada alasan rasanya untuk tidak bersyukur.


Kalaulah kita pinter pasti kita akan bersyukur, karena orang pintar pasti tidak akan menyia-nyiakan keuntungan yang Allah beri, kecuali memang kita tidak pintar (Bodoh).

0 komentar:

Posting Komentar