Jumat, 26 Juni 2015

Haruskah Menyerah ?

Yang terlahir ke kedunia pasti pernah terjatuh. Tidak ada satupun dari kita yang tercipta tanpa ada merasakan sakitnya terjatuh. Sakit memang, tetapi akan lebih sakit kalau kesempatan untuk bangun setelah jatuh tidak kita ambil.

Sudah begitu banyak dan mungkin sudah tidak terhitung lagi berapa sering kita jatuh. Mulai saat kita belajar berdiri dan berjalan. Saat  itu, saat pertama kali kita berusaha untuk bisa berdiri dan melangkahkan kaki. Tidak satupun diantara kita yang terlahir kedunia langsung bisa bangun dan terus berdiri. Tidak juga ada diantara kita yang dengan sekali berusaha berdiri langsung bisa. Semua orang pasti pernah jatuh, bahkan kita lupa berapa banyak kita jatuh.

Kalaulah kita ingat kembali saat saat itu, berapapun banyak kita jatuh, tidak sedikitpun mampu menyurutkan kita untuk terus berusaha berdiri setelahnya. Air mata kita bisa saja mengalir saat duka dan sakit hadir bersama hadirnya jatuh, namun seketika juga hilang bersama langkah kaki yang selalu mencoba kembali dan terus berdiri.

Berapapun seringnya jatuh saat itu, seberapa banyak, dan sesakit apaupun rasanya saat itu, tidak sedikitpun bisa membungkam semangat kita. Semangat untuk terus berusaha berdiri , semangan untuk terus mencoba yang pada akirnya membuat sekeliling kita memberikan tepuk tangan dan pujian hebat atas kebersasilan kita. Masih ingatkan kata kata ini “wah pinter, sekarang dah bisa berdiri. Kamu hebat nak”.

Semua kita pernah mengalami saat itu bukan. Kita semua sang pejung yang tidak mengenal lelah untuk mencoba, kita semua orang hebat yang keras kepala pada keinginan, keras kepala untuk terus bisa bangun setelah jatuh. Kita sang juara yang bisa menundukan rasa sakit yang sangat hebat sehingga rasa sakit itu tidak bisa menyurutkan langkah kita, kita orang kuat karena kita pernah bisa membuat putus asa itu putus asa untuk menyurutkan asa kita.

Memang saat itu kita tidak bisa menggunakan akal dengan baik, seperti sekarang.  Memang saat itu kita tidak dapat menggunakan perasaan dengan baik tapi taukah itu lebihnya kita saat itu dengan mengesampingkan akal dan rasa kita berhasil menundukkan putus asa, kita berhasil terus mencoba walau banyaknya gagal hadir dikehidupan kita.

Gagal itu biasa dan bisa bangun setelah gagal itu luar biasa. Orang biasa pasti akan selalu mencari alasan disetiap kegagalan tapi orang luar bisanya akan selalu mengambil pelajaran atas kegagalan yang menimpa.


Bayi saja yang akalnya belum sempurna tidak mengenal kata menyerah, bagaimmna kita yang katanya akalnya lebih sempurna dari bayi? Atau memang kita ini tidak berakal, karena sering kali dengan mudahnya mengatakan menyerah. Kalau memang kita punya akal, maka tidak selayaknya kita menyerah ataupun putus asa. Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat.”(QS al-Hijr {15}: 56)

0 komentar:

Posting Komentar