Yang
terlahir ke kedunia pasti pernah terjatuh. Tidak ada satupun dari kita yang
tercipta tanpa ada merasakan sakitnya terjatuh. Sakit memang, tetapi
akan lebih sakit kalau kesempatan untuk bangun setelah jatuh tidak kita ambil.
Sudah
begitu banyak dan mungkin sudah tidak terhitung lagi berapa sering kita jatuh. Mulai
saat kita belajar berdiri dan berjalan. Saat
itu, saat pertama kali kita berusaha untuk bisa berdiri dan melangkahkan
kaki. Tidak satupun diantara kita yang terlahir kedunia langsung bisa bangun
dan terus berdiri. Tidak juga ada diantara kita yang dengan sekali berusaha
berdiri langsung bisa. Semua orang pasti pernah jatuh, bahkan kita lupa berapa
banyak kita jatuh.
Kalaulah
kita ingat kembali saat saat itu, berapapun banyak kita jatuh, tidak sedikitpun mampu menyurutkan kita untuk terus berusaha berdiri setelahnya. Air mata kita bisa saja
mengalir saat duka dan sakit hadir bersama hadirnya jatuh, namun seketika juga
hilang bersama langkah kaki yang selalu mencoba kembali dan terus berdiri.
Berapapun
seringnya jatuh saat itu, seberapa banyak, dan sesakit apaupun
rasanya saat itu, tidak sedikitpun bisa membungkam semangat kita. Semangat
untuk terus berusaha berdiri , semangan untuk terus mencoba yang pada akirnya membuat sekeliling kita memberikan tepuk tangan
dan pujian hebat atas kebersasilan kita. Masih ingatkan kata kata ini “wah pinter, sekarang dah bisa berdiri. Kamu
hebat nak”.
Semua
kita pernah mengalami saat itu bukan. Kita semua sang pejung yang tidak mengenal
lelah untuk mencoba, kita semua orang hebat yang keras kepala pada keinginan,
keras kepala untuk terus bisa bangun setelah jatuh. Kita sang juara yang bisa
menundukan rasa sakit yang sangat hebat sehingga rasa sakit itu tidak bisa
menyurutkan langkah kita, kita orang kuat karena kita pernah bisa membuat putus
asa itu putus asa untuk menyurutkan asa kita.
Memang
saat itu kita tidak bisa menggunakan akal dengan baik, seperti sekarang. Memang saat itu kita tidak dapat menggunakan
perasaan dengan baik tapi taukah itu lebihnya kita saat itu dengan
mengesampingkan akal dan rasa kita berhasil menundukkan putus asa, kita berhasil
terus mencoba walau banyaknya gagal hadir dikehidupan kita.
Gagal
itu biasa dan bisa bangun setelah gagal itu luar biasa. Orang biasa pasti akan
selalu mencari alasan disetiap kegagalan tapi orang luar bisanya akan selalu
mengambil pelajaran atas kegagalan yang menimpa.
Bayi
saja yang akalnya belum sempurna tidak mengenal kata menyerah, bagaimmna kita
yang katanya akalnya lebih sempurna dari bayi? Atau memang kita ini tidak berakal, karena sering kali dengan mudahnya mengatakan menyerah. Kalau memang kita punya akal, maka tidak
selayaknya kita menyerah ataupun putus asa. Tidak ada yang berputus asa dari
rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat.”(QS al-Hijr {15}: 56)
0 komentar:
Posting Komentar