Sabtu, 11 Oktober 2014

Sekenario Allah selalu indah pada akhirnya



Jika hari ini tidak seperti yang kita minta. Jika duka selalu menyelimuti diri kita. jika kesulitan terasa membentang tanpa batas. jika kesedian terasa terhampar luas. jika kemudahan terasa jauh. jika duka hidup datang silih berganti. jika saat ini kita putus asa kerena sua beban hidup yang ujungnya pun tidak tau dimana.

Mari kita renungi kisah ini, Pada suatu hari, seekor kerang kecil di dasar laut mengerang kesakitan dan mengadu pada ibunya karena ada dalam cangkangnya terdapat sebutir pasir kecil yang dia rasa tajam dan telah melukai tubuhnya yang memerah dan lunak. Sang Ibu berkata, “Oh anakku..”, kata sang ibu sambil bercucuran air mata. “Tuhan tidak memberikan kepada bangsa kerang sebuah tanganpun, jadi maaf Ibu tidak dapat menolongmu nak. Sakit sekali itu rasanya, ibu tahu bagaimana sakitnya yang kamu rasakan. Tapi, terimalah itu sebagai takdir alam nak..”.

Setelah beberapa waktu berada dalam diam, sang Ibu melanjutkan perkataannya. “Kuatkan hatimu nak, jangan banyak bergerak agar pasir itu tidak menusukmu semakin dalam. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Karena hanya itu yang bisa kamu lakukan saat ini”, kata sang Ibu.

Setelah mendengarkan dan merenungi nasehat ibunya, kemudian kerang kecil melakukan dan menuruti nasihat ibunya. namun perubahan takseketika dan kerang kecil masih merasa tidak ada hasilnya, bahkan rasa sakitnya makin serasa tak tertahankan. Hingga terkadang, ia meragukan nasihat ibunya.

Ia tetap sabar bertahan meskipun seringkali berlinang air mata. Berhari-hari, bulan, hingga setahun berlalu. Akan tetapi tanpa disadarinya, sebutir mutiara mulai terbentuk diantara cangkang yang membalut dagingnya. Dan semakin lama, mutiara itu pun semakin membesar. Hingga rasa sakit yang ia alami tidak seperti yang ia rasakan seperti waktu yang telah ia lalui.

Dan akhirnya setelah setahun lebih waktu berlalu, sebutir mutiara besar yang utuh dan mengkilat yang memiliki harga yang mahal terbentuk dengan sempurna pada mantel diantara cangkang dan tubuhnya. Air matanya berubah menjadi berharga, karena penderitaannya berubah menjadi sebuah mutiara yang indah. Derita yang telah ia lalui, lebih berharga daripada seribu kerang lainnya yang hanya di santap orang-orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

Bila kesulitan, kesedian, kekurangan adalah cara Allah untuk menempa dan menyiapkan kita menjadi insan luar bisa kenapa musti berduka. bila kesedihan kesukaran dihadirkan untuk menguatkan kenapa kita meratapi hadirnya. bila semua ketetapan Allah akan berakhir indah tak layak rasanya berputus asa dan bersedih hati. Bersyukurlah, karena Allah percaya pada kita, bahwa kita akan tegar dan mampu menghadapinya. Sekenario Allah selalu indah pada akhirnya karenanya hadapi dengan senyuman dan sambutlah dengan keoptimisan.

0 komentar:

Posting Komentar